Tekanan darah tinggi, atau hipertensi, adalah kondisi umum yang sering disebut “pembunuh senyap” karena sering tanpa gejala. Meskipun banyak kasus adalah hipertensi primer (esensial) tanpa penyebab jelas, ada pula hipertensi sekunder, di mana tekanan darah tinggi disebabkan oleh kondisi medis lain. Penting untuk memahami bahwa jantung dapat terpengaruh oleh hipertensi kronis, dan pada gilirannya, ini akan memperberat kerja jantung, meningkatkan risiko komplikasi serius.
Apa Itu Hipertensi Sekunder?
Berbeda dengan hipertensi primer yang berkembang seiring waktu tanpa sebab spesifik, hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh penyakit atau kondisi medis tertentu. Mengidentifikasi dan mengobati penyebab yang mendasari ini sangat krusial, karena seringkali dapat mengontrol atau bahkan menyembuhkan hipertensi.
Beberapa penyebab umum hipertensi sekunder meliputi:
- Penyakit Ginjal: Kondisi seperti penyakit ginjal kronis atau stenosis arteri renalis (penyempitan pembuluh darah ke ginjal) dapat mengganggu kemampuan ginjal mengatur cairan dan garam, yang memengaruhi tekanan darah.
- Masalah Tiroid: Baik hipertiroidisme (tiroid terlalu aktif) maupun hipotiroidisme (tiroid kurang aktif) dapat memengaruhi tekanan darah.
- Sindrom Cushing: Kondisi di mana tubuh memproduksi terlalu banyak hormon kortisol.
- Aldosteronisme Primer: Produksi berlebihan hormon aldosteron oleh kelenjar adrenal.
- Apnea Tidur: Gangguan tidur serius di mana pernapasan berhenti dan dimulai berulang kali.
- Obat-obatan Tertentu: Beberapa obat, termasuk kontrasepsi oral, dekongestan, obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS), dan antidepresan tertentu, dapat meningkatkan tekanan darah.
Bagaimana Hipertensi Sekunder Membebani Jantung?
Terlepas dari penyebabnya, tekanan darah tinggi, baik primer maupun sekunder, secara konsisten memperberat kerja jantung. Ini karena jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong darah melalui pembuluh darah yang memiliki resistensi lebih tinggi.
Dampak jangka panjang pada jantung meliputi:
- Penebalan Otot Jantung (Hipertrofi Ventrikel Kiri): Sebagai respons terhadap beban kerja ekstra, otot ventrikel kiri (bilik pompa utama jantung) akan menebal. Awalnya, ini membantu jantung memompa lebih kuat, tetapi seiring waktu, otot yang menebal menjadi kaku dan kurang efisien dalam mengisi darah, bahkan dapat menyebabkan gagal jantung.
- Penyakit Arteri Koroner: Tekanan darah tinggi dapat merusak dinding arteri, membuatnya lebih rentan terhadap penumpukan plak (aterosklerosis) yang menyempitkan pembuluh darah ke jantung.
- Gagal Jantung: Tekanan berlebih yang terus-menerus dapat melemahkan jantung hingga tidak mampu lagi memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh.
- Aritmia: Peningkatan tekanan dan perubahan struktur jantung dapat memicu gangguan ritme jantung.